Monday, April 28, 2008

Tentang Sendok

milis tetangga, untuk yang suka ketawa ketiwi
Sendok..sendok. .sendok..


Saya pergi makan malam bersama beberapateman kantor di sebuah restoran
yang kabarnya cukup laris di daerah Ciledug.
Saat memesan makanan, saya perhatikan pelayan yang melayani kami
membawa sepasang sendok di saku bajunya.

Sedikit aneh, tapi saya tidak begitupeduli.

Namun, saat pesanan kami mulai diantar, saya melihat pelayan lain
membawa pula sepasang sendok disaku bajunya. Saya jadi tertarik untuk
melihat sekeliling dan ternyata memang benar dugaan saya, semua
pelayan restoran tersebut membawa sepasang sendok di saku baju
masing-masing.
Saya jadi ingin bertanya. "Mas kenapa semua pelayan di sini membawa
sepasang sendok di sakunya?" tanya saya yang kepada pelayan datang
membawa sepiring sate.

"Oh, begini,Pak," jawab si pelayan, "Pemilik restoran inimemutuskan
untuk menyewa Andersen Consulting, ahli dalam hal analisa efisiensi
kerja, untuk memperbaiki kinerja di restoran ini.
Setelah mereka analisa selama beberapa bulan, merekamenyimpulkan bahwa
pelanggan restoran ini menjatuhkan sendok makan merekasebanyak 73,84 persen
lebih sering dibandingkan peralatan makan lainyang ada dimeja.

Menurut Andersen Consulting, itu berarti rata rata 3 pelanggan
menjatuhkan sendok per meja setiap jamnya. Jika saja semua karyawan
restoran mengantisipasi hal itu, berarti kita bisa mengurangi waktu
yang terbuang untuk pulang pergi ke dapur mengambil sendokpengganti
dan menghemat waktu 1,5 jam waktu kerja per-shift."

Saking kagumnya dengan penjelasan si pelayan, tanpa sengaja saya
menyenggol salah satu sendok yang ada di meja. Segera saja si pelayan
mengambil gantinya dari saku baju sambil berujar,

"Betul kan Pak, saya tidak harus pergi kedapur sekarang untuk mengambil sendok penggantiuntuk Bapak!"

Saya hanya bisa melongo dengan kejadian itu.
Tapi, kisah belum berakhir di situ. Ketika pelayan lain menghidangkan
pesanan tambahan, saya tetap memperhatikan sekeliling
dan satu lagi hal tampak aneh.

Saya perhatikan hampir semua pelayan pria memasang
benang yang menyembul di ujung ritsluiting celana mereka.

Benang itu diikaitkan ke ujung kancing terbawah dari
baju. Lagi lagi rasa ingin tahu mengusik saya.Sebab, ternyata pelayan
perempuan tak memakai aksesoris benang tersebut.

Ketika si pelayan tadi datang, saya menanyakan soal benang itu.

"Wah Bapak ini orangnyaperhatian sekali ya. Tidak semua pelanggan di sini
memperhatikan hal-hal sedetailBapak," puji si pelayan sedikit menggombal.

Saya hanya tersenyum kecil. Apa anehnya orang suka
memperhatikan detail?

"Ini juga hasil analisa Andersen Consulting Pak,"
katanyamelanjutkan,

"Mereka menyimpulkan bahwa kami punharus menghemat
waktu yang kami habiskan di kamar kecil ketikabuang air kecil.

Dengan tali yang dikaitkan ke si "adik" ini (katanya
sambil menunjuktali itu), kami tidak harus menggunakan tangan ketika
mengeluarkannya. Berarti kami akan terbebaskan dari keharusan membasuh
tangan setelah buang air kecil. Dan itu menghemat waktu yang terbuang di kamar

Kecil sebesar 25,92 persen.

Hampir tersedak saya mendengarkan penjelasan itu.

"Memang, dengan tali itu tangan jadi terbebas untuk
memegang si"adik".
Tapi, bagaimana caranya untuk memasukkannya kembali ke
posisi semula?" tanya saya menyelidik.

Dengan setengah berbisik si pelayan berucap, "Andersen
Consulting tidak menjelaskan secara spesifik tentang hal itu.
Nggak tahu dengan yang lain, Pak. Tapi, kalau saya sih pakai sendok..."

No comments:

cara gue